Viralnya Jalan Rusak dan 'Space of Action'
“Space is an important means by which communication contributes to the construction of the social world.”
(Couldry dan Hepp dalam “The Mediated Construction of Reality”)
Awesome readers, baru-baru ini sebuah akun Instagram menjadi perbincangan hangat di antara warganet. Akun tersebut menjadi viral akibat beberapa foto yang di-posting di dalamnya. Foto-foto tersebut terlihat menggelikan namun sarat akan rasa jengah yang sudah terlalu lama terpendam. Foto-foto tersebut ialah foto milik Robby Ari Sanjaya, seorang fotografer asal Sumatera Selatan. Berikut ini foto karya Robby:
Jalan rusak di sekitar Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan dijadikan objek foto sebagai bentuk protes terhadap pemerintah. |
Tangkapan layar dari akun Instagram Robby Ari Sanjaya (@as_robby) |
Foto-foto Robby menuai apresiasi dari warganet karena mencoba menangkap kondisi jalan rusak di sekitar Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan dengan cara yang tidak biasa. Awesome writer lansir dari Kompas, Robby mengakui, dirinya memang sengaja menggunakan lokasi jalan rusak sebagai bentuk protes kepada pemerintah daerah yang lamban melakukan perbaikan jalan.
Robby berujar pada Kompas, "Memang tiap hari saya lewat jalan sini, rumah saya di Batumarta dan saya kerja di Baturaja, sudah lama jalannya rusak namun tak diperbaiki, masyarakat tiap hari merasakan sulitnya lewat jalan ini. Jadi, terpikirkan buat konsep tersebut, awalnya untuk menghibur, tidak menyangka bisa jadi viral begini."
Foto Robby ini mengiaskan bagaimana ia menggunakan media sosial sebagai ruang untuk berpendapat. Media sosial sebagai kanal untuk membangun relasi dirinya dengan pemerintah. Lebih dari pada itu, foto-foto ini menurut Awesome writer, meminjam istilah Couldry dan Hepp (2017), adalah manifestasi dari "space of action". Kalau dahulu menyuarakan pendapat mengharuskan kita untuk datang langsung ke "depan wajah" orang yang hendak kita berikan maklumat, kini hal ini tidak lagi menjadi pilihan utama. Robby mengilustrasikan bagaiamana membangun relasi dengan pemerintah bahkan dapat dilakukan melalui media sosial.
Boyd (2014 dalam Couldry dan Hepp, 2017) menyatakan bahwa platform media sosial, secara umum, bekerja sebagai ruang untuk bertindak (space of action) secara kolektif dan penuh mufakat. Dengan demikian, kontribusi situs jejaring sosial bukanlah untuk memperluas jangkauan orang-orang dalam berinteraksi melainkan untuk menyediakan sebuah ruang bertindak, pusat gravitasi baru, yang sebelumnya belum pernah ada, yang memungkinkan pembentukan ulang organisasi simbolik dalam kehidupan sehari-hari.
Foto Robby ini mengiaskan bagaimana ia menggunakan media sosial sebagai ruang untuk berpendapat. Media sosial sebagai kanal untuk membangun relasi dirinya dengan pemerintah. Lebih dari pada itu, foto-foto ini menurut Awesome writer, meminjam istilah Couldry dan Hepp (2017), adalah manifestasi dari "space of action". Kalau dahulu menyuarakan pendapat mengharuskan kita untuk datang langsung ke "depan wajah" orang yang hendak kita berikan maklumat, kini hal ini tidak lagi menjadi pilihan utama. Robby mengilustrasikan bagaiamana membangun relasi dengan pemerintah bahkan dapat dilakukan melalui media sosial.
Boyd (2014 dalam Couldry dan Hepp, 2017) menyatakan bahwa platform media sosial, secara umum, bekerja sebagai ruang untuk bertindak (space of action) secara kolektif dan penuh mufakat. Dengan demikian, kontribusi situs jejaring sosial bukanlah untuk memperluas jangkauan orang-orang dalam berinteraksi melainkan untuk menyediakan sebuah ruang bertindak, pusat gravitasi baru, yang sebelumnya belum pernah ada, yang memungkinkan pembentukan ulang organisasi simbolik dalam kehidupan sehari-hari.
Media sosial telah memungkinkan kita untuk menciptakan ruang yang sebelumnya belum pernah ada. Ruang itu tak harus melulu ruang fisis. Ruang itu bisa tercipta dengan cara yang begitu plastis. Menurut Couldry dan Hepp (2017) ruang merupakan entitas prominen yang dengannya komunikasi ikut andil dalam mengkonstruksi dunia sosial. Keterkaitan antara ruang dan proses komunikasi adalah fitur lain dari dunia modern. Ruang dalam hal ini seolah tak mungkin lepas dari proses komunikasi demi membangun makna di balik dunia sosial. Ruang menurut Couldry dan Hepp lantas dimaknai sebagai relationship (relasi atau hubungan). Jika awesome readers ingin mempelajari lebih lanjut tentang media dan ruang, kalian bisa juga baca buku Couldry dan McCarthy (2004) berjudul MediaSpace:Place, Scale and Culture in a Media Age.
Seorang ahli teori spasial dari Perancis, Henri Lefebvre dalam Couldry dan Hepp (2017), berujar bahwa ruang sosial "bukanlah sesuatu di antara satu hal dengan hal yang lainnya", tetapi ia merupakan "hubungan antara berbagai hal", sesuatu yang "mencakup keterkaitan berbagai hal tersebut berada dalam koeksistensi dan simultanitas mereka". Artinya, ruang merupakan hubungan dari berbagai hal yang saling terkait dan ada secara berdampingan dengan kita pada waktu yang relatif sama dengan keberadaan kita.
Tanpa ruang, makna di balik dunia sosial seakan kehilangan medianya untuk merambat. Bersama dengan ruang, waktu pun ikut mengambil bagian sebagai katalis lain dalam memaknai dunia sosial. Setidaknya ini beberapa gagasan yang termaktub dalam buku Couldry dan Hepp (2017). “Namun ruang adalah sumber daya yang langka (Pred, 1990 dalam Couldry dan Hepp (2017).
Tanpa ruang, makna di balik dunia sosial seakan kehilangan medianya untuk merambat. Bersama dengan ruang, waktu pun ikut mengambil bagian sebagai katalis lain dalam memaknai dunia sosial. Setidaknya ini beberapa gagasan yang termaktub dalam buku Couldry dan Hepp (2017). “Namun ruang adalah sumber daya yang langka (Pred, 1990 dalam Couldry dan Hepp (2017).
Walaupun kehadiran media sosial dapat menjadi ruang lain dalam menyuarakan pendapat, namun ruang ini tidak serta merta menjamin suara kita dapat didengar dengan baik. Kita harus mengupayakan agar ruang itu dapat menarik minat. Kita ambil saja contoh karya miik Robby. Robby menggagas bentuk protesnya tersebut dengan memakan waktu selama kurang lebih satu pekan lamanya.
Ia harus menciptakan konsep apik yang akan mudah diterima dan dicerna oleh orang yang melihatnya. Ini bukan perkara yang mudah. Bagaimana Robby memilih jenis platform media sosial juga menggambarkan tentang strateginya dalam menyuarakan pendapat. Ia memilih Instagram, sebagai media sosial peringkat ke tiga yang paling digandrungi warga Indonesia, untuk menjadi ruangnya berpendapat.
Robby sendiri tidak main-main, ia menggunakan jasa model agar fotonya nampak lebih hidup. Bukan hanya satu orang model, tapi ia menggaet hingga lima orang model. Model-model tersebut sebelumnya telah diberi tahu oleh Robby tentang konsep foto yang ia usung. Ia mengatakan pada mereka bahwa para model tersebut harus siap menahan malu karena akan mandi lumpur di tengah jalan. Hmm... kesungguhannya terbayar? Belum tentu, menjadi viral di media sosial bukan sekadar tujuan Robby. Foto-foto ini bernarasi dengan kuat akan harapan perbaikan jalan agar segera dilakukan. Maka, apabila foto ini dapat merealisasikan harapannya akan perbaikan jalan dengan sesegera mungkin, menurut awseome writer pada titik itulah susah payah Robby menuai hasilnya.
Pada tanggal 4 Maret 2019, tersiar berita bahwa viralnya foto Robby tentang jalan rusak di sekitar Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan telah "mampir" ke telinga presiden. Jokowi memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga untuk segera memperbaiki jalan tersebut. Bahkan, melalui berita tersebut awesome writer baca jika perbaikan jalan sudah dimulai sejak Hari Senin kemarin (4 Maret 2019). Rencananya jalan tersebut akan tuntas diperbaiki satu bulan ke depan. Ini tentu kabar menggembirakan bagi warga di seputar Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Lantas, bagaimana dengan kondisi jalan rusak lain di negeri ini yang belum sempat viral??? Semoga semua warga negera kita bisa merasakan nikmatnya perbaikan jalan yang sama seperti yang viral itu yaa...
0 comments