Dua Orang Nenek, Seorang Cucu, dan Pelajaran tentang Syukur

by - 9:28:00 PM

Credit: Chirtian Newman on Unsplash
Awesome readers, ada dua orang nenek dan seorang cucu yang mengajarkan pelajaran berharga tentang syukur pada awesome writer. Kita sebut saja mereka sebagai Nenek Melati, Nenek Mawar, dan cucu mereka sebagai Anggrek. 

Nah... sebelum menyelam ke dalam pelajaran tentang kesyukuran, awesome writer ingin sedikit memperkenalkan tokoh kita hari ini terlebih dahulu.

Nenek Melati
Nenek Melati adalah seorang nenek yang berhati lembut dan hidup sederhana. Beliau seorang janda dari prajurit perang kemerdekaan Republik Indonesia. Pada suatu hari, beliau bertemu dengan Nenek Mawar. Bagi Nenek Melati, Nenek Mawar bagaikan orang yang berjasa besar dalam hidupnya dan banyak memberikan bantuan untuknya.

Nenek Mawar
Nenek Mawar adalah tipikal nenek yang keras karena perjuangan hidupnya semenjak kecil yang tidak mudah. Nenek Mawar sendiri gemar mencari peruntungan hidup dari jasa membantu para janda veteran memperoleh uang pensiun mantan suami mereka. Nenek Mawar memiliki banyak sekali pelanggan dan salah satunya adalah Nenek Melati. Nenek Melati dan Nenek Mawar sama-sama hidup sebagai janda veteran dan tinggal jauh di perantauan. Perasaan senasib dan sepenanggungan akhirnya menyebabkan mereka menjadi akrab kemudian mereka saling mempersaudarakan diri mereka.

Sang Cucu Anggrek
Anggrek adalah cucu dari Nenek Mawar. Tetapi, Anggrek juga bisa dikatakan sebagai cucu dari Nenek Melati. Ini karena Nenek Melati yang banyak meluangkan waktunya tinggal bersama di rumah Nenek Mawar. Mereka yang tinggal dan bertumbuh bersama akhirnya menyemai rasa cinta kasih layaknya seorang nenek dan cucu kandungnya.

Anggrek sendiri bisa dikatakan hidup dengan masa kecil yang cukup unik. Ia terpaksa harus terpisah dengan ayah kandungnya karena Nenek Mawar begitu membenci ayahnya. Anggrek kecil bahkan pernah merasa dibenci oleh neneknya sendiri karena mirip sekali dengan wajah ayahnya. 

Walaupun Anggrek dan ayahnya harus terpisah selama lebih dari dua puluhan tahun, tapi apa yang Allah takdirkan terjadi, maka terjadilah. Pada usia yang ke dua puluh empat akhirnya Allah mempertemukan mereka kembali dan tentu saja secara diam-diam.

***

Bercanda yang Tak Bercanda
Pada suatu waktu, Anggrek dan ayahnya melakukan panggilan video untuk melepas rindu. Mereka banyak berbincang tentang perasaan-perasaan mereka, bahkan tentang buah-buah yang ditanam ayahnya di depan pekarangan rumah. Namun, obrolan mereka tanpa sadar tiba-tiba menjadi batu ganjalan di hati Anggrek. Anggrek sendiri kala itu hanya bisa membiarkan perasaannya mengalir begitu juga berbagai kata-kata yang diproduksi ayahnya tentang neneknya. 

Jam berganti jam setelah panggilan video dilakukan, hati Anggrek rasanya sedih dan tidak terima  terhadap perkataan yang ayahnya anggap sebagai bercanda tentang neneknya. Bagi Anggrek, seburuk apapun neneknya dalam kacamatanya, neneknya tetap neneknya. Maka, Anggrek akhirnya bertekad untuk menyampaikan ganjalan di hatinya agar ayahnya memahami dan tidak bercanda lagi dalam "kotak" yang sama. Ia kemudian layangkan rentetan pesan pada ayahnya melalui sebuah aplikasi pesan instan.

Anggrek mengirim pesan pada ayahnya, "Ayah, mohon maaf, tetapi entah kenapa setelah panggilan video kita kemarin ada sesuatu yang mengganjal di hati Anggrek. Bagaimanapun Nenek Mawar adalah nenek Anggrek. 

Beliaulah yang menyeka ingusku ketika aku bocah, beliau yang membiayaiku sekolah, beliau yang menggaji guru ngajiku, beliau yang memberikanku atap untuk berteduh, pakaianku…

Jadi, aku harap ayah tidak bercanda lagi dengan masa silam kita yang pahit itu lalu menyandarkannya pada nenek."

Ayahnya yang membaca pesan dari Anggrek akhirnya meminta maaf. Tetapi, Anggrek kembali menyampaikan bahwa niatnya bukan untuk saling menyalahkan tetapi agar ayahnya paham bahwa neneknya sama penting baginya sebagaimana ayahnya.

Pelajaran tentang Syukur
Setelah drama rentetan pesan dengan ayahnya, Anggrek kemudian membaca kembali pesan yang ia kirim pada ayahnya. Ia kembali membaca daftar kebaikan neneknya. Ia perhatikan satu per satu. Maka, air di pelupuk matanya tak mampu dibendung lagi. Bahkan, ketika mengetikkan untuk pertama kali pada ayahnya tadi saja bulir-bulir air itu tak kuasa untuk ditahan.

Ia kemudian tersadar betapa dirinya tidak akan pernah mampu membalas kebaikan neneknya. Itu baru lima kebaikan yang ia sebutkan dari begitu banyak kebaikan yang sulit sekali untuk dirinci secara mendetil. 

Ia lantas segera saja teringat dengan Nenek Melati. Seorang Nenek yang sabar sekali dalam mengadapi polah dari nenek kandungnya yang keras. Bahkan, Nenek Melati begitu sabar untuk berkhidmat pada nenek kandungnya yang sekarang terbaring lemah karena stroke. 

Anggrek lagi-lagi tersadar, "Oh... inilah yang menjadi bahan bakar bagi Nenek Melati dalam bersabar menghadapi nenekku selama ini: syukur. Iyaah... beliau senantiasa mengingat-ingat berbagai kebaikan yang nenekku berikan, maka beliau bersyukur. Lalu di sanalah beliau temukan indahnya sabar dalam berkhidmat pada neneku. Ya Allah... betapa selama ini aku sangat tidak beryukur baik sebagai seorang cucu apalagi sebagai hamba-Mu"

Penutup
Awesome readers, penggalan episode kehidupan di atas kemudian mengajarkan pada awesome writer tentang firman Allah di dalam Q.S. Ad Dhuha: 11, 


Coba kalau kita bayangkan diri kita sebagai Anggrek yang mengetik pesan-pesan tersebut. Pesan-pesan yang memperbendaharakan nikmat-nikmat yang selama ini ia dapatkan dari neneknya. Tapi, kita segera tersadar bahwa berbagai nikmat tersebut mustahil kita sebutkan seluruhnya karena neneknya telah menghidupinya selama lebih dari dua puluhan tahun. Bagaimana caranya kita memperbendaharakan semua itu? Itu hal yang mustahil! 

Lalu, coba kita renungkan, kalaulah itu nikmat yang kita terima dari manusia, bagaimana dengan berbagai macam aneka nikmat yang Allah dermakan pada kita? Nikmat Islam, nikmat sunnah, nikmat tubuh yang sehat, nikmat waktu, dan masih banyak lagi. Kita terlalu mustahil memperbendaharakannya. Hmm... jadi ingat Q.S. An Nahl: 18,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tetapi, jika kita belajar dari Q.S. Ad Dhuha di atas tentang menyatakan beragam nikmat yang kita dapatkan, maka kita semakin sadar akan perasaan betapa jauhnya kita dari rasa syukur. Perasaan yang akhirnya menjadi bahan bakar kita untuk terus berusaha menghamba kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Ya Allah...

Walaupun demikian, menyatakan berbagai nikmat ini ada kaidahnya ya awesome readers. Kaidahnya seperti apa? Alhamdulillah telah banyak dijelaskan oleh para ahli ilmu, misalnya seperti di dalam tulisan Ustadz Yulian Purnama dan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal hafidzahumullah.

Semoga Allah mengampuni penulis yang jauh sekali dari rasa syukur kepada-Nya, kepada orang tua penulis, dan kepada berbagai insan yang telah banyak mendermakan kebaikannya dalam hidup penulis...

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita hamba yang banyak bersyukur dan bersabar ya, awesome readers... aamiin...

You May Also Like

0 comments