Membaca? Kesenangan yang Bijaksana

by - 6:40:00 AM

Credit: Ben White on Unsplash
Bismillah... Hi there! 
Kalian baca buku apa hari ini? Hmm... atau mungkin bukan buku, melainkan artikel pendek dari web-web favorit? Yah, pada intinya sudah baca apa hari ini?

Alright, hari ini awesome writer ingin berdiskusi dengan kalian, my awesome readers, melalui tulisan berikut. Wohooo! Sama seperti judul yang terpampang nyata di atas sana, awesome writer ingin berbincang tentang membaca dan juga buku.

 Membaca Itu Tak Melulu Dari Buku, Tapi Membaca Buku Itu Sesuatu ! 
Yaps, menurut awesome writer membaca itu tak harus selalu bersumber dari buku, tapi membaca buku itu punya sensasi yang tiada duanya. Apakah kalimat ini membuat dahi kalian berkerut? Well, pardon me...

Membaca "buku" menghantarkan kita pada kondisi psikologis yang cukup berbeda dengan sekadar membaca "non-buku". Kalian yang gemar membaca "buku" pasti mengerti maksudku. Aroma lembaran buku-buku baru yang terpajang rapi di rak-rak toko buku. Bahkan, aroma toko buku membuat hati menjadi lebih tentram. Huuu I love that smell...!

Membaca "buku" juga membuat kita wajib membuka lembar demi lembar halamannya. Tekstur lembaran-lembaran buku, bahkan suara setiap lembaran yang kita bolak-balik, rasanya tidak pernah sama dengan makhluk apapun berupa "non buku" atau bahkan buku digital sekalipun.

Eh hai... dan bukan hanya itu, kalian tentu tahu bagian paling memikat dari sebuah buku, ini selain isinya tentu. Berbagai macam sampul warna-warni dengan kuasan gambar-gambar memikat, tak jarang terlalu menggoda kita untuk membawa buku-buku itu pulang ke rumah.

 Buku Kognitif v.s. Buku Afektif 
Secara global, buku bisa kita pisahkan menjadi dua, yaitu buku-buku bernuansa pengetahuan (buku kognitif) dan buku-buku berisikan cerita (buku afektif). Well, kadang buku pengetahuan membuatmu lelah dan seolah berjalan di waktu yang sama. Tapi tunggu dulu...! Buku pengetahuan yang hebat bisa menjadi candu. Ia mungkin saja memaksamu terus mengulik misteri pengetahuan yang baru saja kau temui itu.

Sementara itu, buku afektif, misalnya novel, membuatmu terus terasuki untuk bisa menuntaskannya. Buku macam ini rupanya punya daya pikat yang lebih dahsyat. Buku afektif sering menjadi pilihan bagi para konselor dalam tahap terapi terhadap gangguan psikologis. Hal ini biasa disebut dengan istilah affective bibliotherapy.

Anyway, tak heran  Al Qur'an  mampu menjadi obat ampuh berbagai penyakit hati bahkan jasad. Bagaimana tidak, Allah Ta'ala telah bubuhkan begitu banyak cerita yang dapat kita petik hikmahnya. Cerita yang tidak hanya berlalu di masa lampau tapi ada juga cerita tentang janji-janji di masa yang akan datang.

 Time Travelling 
Membaca persis seperti time travel machine yang bersedia membawa kamu dari masa sekarang ke masa lalu atau bahkan menuju masa depan. Lebih dari itu, membaca secara menakjubkan bisa membuat masa lampau seseorang menjadi kepunyaanmu di masa sekarang. Bayangkan, kawan, benda apa lagi di dunia ini yang mampu secara "nyata" membawa kita ke berbagai dimensi waktu?

 Crystal Clear Looking Glass 
Kalian tahu cermin apakah yang paling jernih merefleksikan diri kalian? Buku, sekali lagi memukau awesome writer sebagai jawaban pertanyaan itu. Seolah tak ada yang mampu membuatmu bercermin dengan lebih jernih, kecuali melalui buku yang baik.

Membaca buku seringkali membuat kita juga bercermin dengan dalam terhadap pengalaman orang lain. Kita membandingkan atau justru merasa memiliki pengalaman yang sama, entah pahit, manis, berkesan, dan semisalnya.

Pengalaman adalah guru paling berharga, begitu kata sebuah nasehat. Kita membutuhkan pengalaman dalam mengarungi kerasnya badai fitnah dunia ini. Tapi, pengalaman tak selalu mudah untuk dilalui. Sementara, buku selalu bisa menyediakan pengalaman paling berkesan bahkan dengan cara yang mudah: membaca.

 Membaca Itu Menyelamatkan Dunia! Hah! 
Awesome writer sempat tertawa kecil ketika membaca satu subjudul dari sebuah artikel tentang membaca. Archon menuliskan subjudul pada artikelnya mirip dengan subjudul di atas. Tapi, awesome writer akhirnya dibuat terbungkam dan setuju dengan sang penulis. 

Bagaimana tidak, sang penulis berpendapat bahwa membaca akan menghasilkan orang-orang besar yang terpelajar, berpikiran terbuka, mawas diri, dan menginspirasi. I can't be more agree than this! Dunia sungguh membutuhkan orang-orang semisal ini.

 Referensi : 
Archon, Sofo. 11 Reasons Why You Should Read Book Everyday. Diakses pada 17 Desember 2017, dari https://theunboundedspirit.com/11-reasons-why-you-should-read-books-every-day/.

Hebert, Lana Winter. 10 Benefits of Reading: Why You Should Read Everyday. Diakses pada 17 Desember 2017, dari https://www.lifehack.org/articles/lifestyle/10-benefits-reading-why-you-should-read-everyday.html.

Shechtmen, Z. (2009). Treating Child and Adolescent Aggression Through Bibliotherapy. Diakses pada 18 November 2017, dari http://www.springer.com/978-0387-09743-5.

Wong, JJ. 8 Reasons Why Reading is So Important. Diakses pada 17 Desember 2017, dari http://www.inspirationboost.com/8-reasons-why-reading-is-so-important.

You May Also Like

0 comments