Bukan Untuk Dibaca

by - 11:09:00 AM


Akhir-akhir ini setiap episode dalam hidup penulis sedang berjalan dengan begitu hectic. Bermacam cara penulis lakukan untuk mencoba mengingat yang lain (baca: melupakan). Cara pertama yang penulis pilih ialah berbagi buku koleksi pribadi. 

Di dalam kamar, penulis mulai membuka satu persatu box-box plastik yang menyimpan rapi buku-buku itu. Penulis cukup terkejut rupanya ada cukup banyak juga yang sudah dikoleksi. Penulis kemudian mulai memilah mana yang masih ingin dipertahankan dan mana yang akan direlakan menjadi milik orang lain. 

Penulis foto satu per satu buku-buku yang ingin dipindah tangankan lantas penulis sebar foto-foto itu via Whatsapp. Di tengah proses pilah pilih bertemankan debu-debu berterbangan, penulis tertahan sejenak setelah memegang sebuah buku bersampul merah. Buku merah itu halamanya sudah mulai ditebari bintik-bintik kuning. Bau buku itu kini mulai serupa dengan buku-buku lama yang jarang dijamah. 

"Well... ya iyalah... kan ditinggal ngungsi setahun ke Jekardaaah! Jadi jangan heran dong kalau mulai menua begini!", seru penulis dalam hati.

Buku merah itu tidak lain adalah salah satu dari dua buah buku yan pernah dihadiahkan pada penulis dari orang keren. Buku merah itu seketika saja attempts me to seek the other one. Buku yang lainnya tidak lain adalah buku seperti yang tertera di gambar pembuka tulisan ini, yaitu buku berjudul "Bukan Untuk Dibaca".


Jujur ingin penulis katakan bahwa dulu ketika dua buku itu dikirim dan sampai ke rumah dengan selamat, penulis begitu bersemangat untuk membaca yang merah saja! Iya yang merah saja! Buku hitam dengan ketebalan tiga kali lipat dibanding yang merah membuat penulis enggan membacanya. Apalagi setelah penulis periksa daftar isinya menyuratkan tulisan-tulisan berisi kisah-kisah. 

Well maybe not for now... 
and I am not a person who fond of  stories...


Hari berganti hari, bulan, bahkan tahun hingga kemudian tiba pada hari pembagian buku itu, penulis merasa bersalah karena belum membacanya barang satu halamanpun. Maka, buku merah dan hitam itu penulis putuskan untuk tetap dan akan selalu dipertahankan. Yeeeay! Hehe...

Setelah memutuskan untuk mempertahankannya, penulis masih enggan juga membaca buku itu. Penulis masih berkutat dengan cara-cara lain untuk melupakan hectic-nya episode kehidupan ini. Tetapi, beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja perasaan ini tergelitik untuk mencoba membuka dan mencari tahu apa sebenarnya yang ingin disampaikan buku itu.

Buku itu akhirnya berhasil menggoda perhatian penulis di malam hari yang cukup sunyi, beberapa menit sebelum tengah malam tiba. Tidak seperti biasanya, penulis merasa belum begitu mengantuk. "Aha, ya iyalah kan tadi siang sudah tidur banyak banget!", seru penulis dalam hati. Hehehe...

Penulis mulai membuka setiap lembaran dibalik sampul depan buku itu. Satu halaman demi satu halaman mulai dari Kata Pengantar. Dengan perasaan tidak sabaran akhirnya penulis skip lalu langsung saja membaca Daftar Isi. Penulis kaget karena melihat isiannya yang berentet begitu banyak subjudul. "Oh no!", gumam penulis dalam hati. Tapi yasudahlah, penulis sudah membulatkan tekad untuk memenuhi godaan buku itu. Hanya saja penulis akan memulai dari bab yang penulis inginkan dan butuhkan, yaitu Sabar dan Keikhlasan.

Penulis mulai baca satu subbab dari bab itu, kemudian dua, lalu tiga. Hati penulis masih meremehkan buku itu yang ternyata hanya menyisipkan kisah ringkas dan dibumbui nasehat ringkas pula diakhir cerita. Namun, anehnya penulis tetap ingin membaca dan menikmati kisah mini dari buku tua itu. Terus menerus higga penulis sampai di akhir dari bab itu yang membuat penulis akhirnya menitikan air mata. 


Haha... 
Kisah terakhir salah satu bab itu rasanya sedang mencoba comforts me dengan cara yang menakjubkan. Well, well, bagaimana ya kalau kalian membaca buku ini juga? Apa kira-kira yang akan kalian rasakan? Hmmm, buku ini memang benar-benar Bukan Untuk Dibaca! Rasakan akibatnya, hohoho...

You May Also Like

0 comments